Sering manusia mengeluh atas realitas yang tidak sesuai dengan keinginan. Padahal, di balik realitas pasti ada rencana Sang Pencipta yang seringkali manusia lupa dan tidak menyadarinya. Karena kita manusia acapkali menilai dari satu sisi saja. Sementara Tuhan menetapkan segala sesuatunya dengan segala pertimbangan Maha Detil. Melewati perhitungan matang dari berbagai dimensi.
Dari sekian banyak manusia yang terlambat menemukan hikmah, saya termasuk di dalamnya. Bahkan saya sempat frustasi akibat impian yang saya pelihara siang malam harus kandas di tengah jalan.
Pertengahan tahun 2005, beberapa bulan setelah lulus sekolah, saya ditawari seorang kenalan untuk mengikuti seleksi program beasiswa oleh sebuah organisasi ternama di bidang pendidikan yang membiayai anak berprestasi namun tak punya cukup biaya. Karena kuliah merupakan salah satu mimpi saya, sementara keluarga waktu itu tak punya cukup biaya untuk menguliahkan, saya pun memberanikan diri untuk mendaftar. Meski harus saya akui, saya jauh dari kriteria remaja berprestasi. :-P
Salah satu tes awal seleksi, yaitu para peserta disuruh membuat tulisan opini dengan tema yang telah ditentukan. Berhubung saya suka mengarang, ujian itu pun tak begitu memberatkan. Saya pun lolos seleksi tanpa banyak menemui kesulitan berarti. Tentu PD dong! :-)
Namun kePDan saya sedikit menyusut, manakala saya datang ke kantor penyelenggara dan melihat daftar nama peserta yang lolos seleksi. Ternyata para peserta seleksi beasiswa begitu banyak. Saya lupa persisnya. Mungkin sekitar 500an orang. Hati saya semakin ciut saat mengetahui bahwa seluruh peserta lolos adalah siswa SMA, dan hanya saya satu-satunya siswa SMK! Lain itu, perkiraan saya mereka berangkat dari SMA favorit di masing-masing daerah asal. Karena rata-rata mereka dari SMA 1, 2, atau 3.
Namun saya benar-benar pasrah akan hal itu. Saya hanya berpikir, kalau toh saya tak lolos seleksi, itu sangat lumrah. Mengingat pesaing-pesaing saya bukan anak-anak sembarangan. Dan bila saya bisa lolos, itu semata kuasa Tuhan. Saya benar-benar rileks mengikuti setiap tes.
Di luar dugaan, ternyata saya bisa juga lulus ujian hingga tahap ke 4. Dengan kata lain, saya lolos seleksi beasiswa. Bukan main senangya. Rasa-rasanya, sebelah kaki telah menginjak tangga mimpi.
Kini hanya tinggal menentukan apakah saya lolos Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SPMB). Sekedar tau, program beasiswa itu hanya merekomendasikan perguruan tinggi negeri terkemuka dan jurusan dengan passing grade tinggi. Itu artinya, masih ada ujian lagi yang tak kalah sulit harus saya lewati.
Demi bisa lolos SPMB saya putuskan untuk keluar dari pekejaan, lalu ikut bimbingan belajar dengan sisa uang gaji. Saya benar-benar fokus pada impian: kuliah!
Semua berjalan lancar, hingga memasuki hari pengumuman hasil tes SPMB. Betapa kecewanya ketika saya melihat nama saya tidak tercantum di Koran sebagai peserta yang lolos SPMB. Saya benar-benar down dengan kenyataan itu. Beberapa hari berikutnya perut rasanya selalu penuh dan semua makanan terasa hambar. Saya tak tahu harus bagaimana menentukan sikap. Samasekali tak ada rencana cadangan. Dan samasekali tak pernah saya duga, saya akan gagal!
Ya Tuhan. Kenapa aku tak kau ijinkan untuk bisa kuliah di kampus itu? Bukankah niat kuliah itu terpuji? Apakah aku kurang layak untuk bisa kuliah?
Berbagai macam pertanyaan pun tumpah.
Namun ternyata tak berapa lama setelah pengumuman itu Tuhan menunjukkan rencana besarNya. Sebuah keajaiban terjadi. Saat berkunjung ke rumah seorang teman sekolah, saya diberi informasi kuliah gratis. Diploma satu. Tempatnya di blitar. Bahkan tak hanya gratis, masih ada tambahan uang saku sekian ratus ribu per bulan. Tanpa berpikir panjang, saya sambar saja kesempatan berharga itu.
Begitu lulus diploma satu, keajaiban terjadi lagi. Saya mendapat info tentang kuliah dengan harga sangat terjangkau dan masih berlokasi di Blitar. Lagi-lagi tanpa banyak buang waktu, saya pun mencari informasi, lalu mendaftar. Hingga kini.
Setelah saya renungkan, baru saya bisa menemukan hikmah atas “musibah” saat saya gagal dalam tes SPMB waktu itu. Betapa Tuhan Maha Adil, memberikan porsi yang sesuai dengan kemampuan dan minat saya. Tak terbayang bila waktu itu saya diterima di jurusan manajemen atau administrasi niaga, pilihan saya dalam tes SPMB. Betapa otak saya yang suka membelot bila berhadapan dengan angka akan terengah-engah sepanjang kuliah.
Nah kawan. Mulai sekarang hindari mengeluh atas segala realitas yang tak sesuai dengan keinginan kita. Berpikir positif lah. Berbaik sangka lah kepadaNya. Selalu yakinlah, setiap apa yang ditetapkanNya, pasti ada hikmah yang menyertainya.
Siapkan hati seluas angkasa, jernihkan pikiran menghadapi setiap kenyataan. Apapun yang menimpa, niscaya anda akan menerimanya dengan bahagia.
Salam damai.
Diposting oleh
shofa firdaus
3 komentar:
kegigihan yang luar biasa!! salud..:) iya ya, kadang sering lupa untuk bersyukur..xiixix :D
yup. semakin disyukuri, semakin Tuhan menambah nikmat tiada henti..
:)
betul banget maz.......
Posting Komentar