Siapa Pun Bisa Jadi Juara, Asal..(#1)

“Tak ada siswa bodoh. Semua pintar. Yang membedakan adalah rajin belajar dan malas belajar,” begitulah kata Drs. Sugiyadi dalam sambutannya di kesempatan upacara bendera, sekitar tahun 2002.

Saya ingat betul kata-kata itu, meski itu terjadi 8 tahun lalu. Karena saya merupakan satu dari sekian ratus peserta upacara waktu itu. Dan Pak Sugiyadi, begitu murid-murid memanggilnya, adalah guru saya sewaktu STM.

Kenapa saya ingat benar kata-kata itu? Karena mungkin, saya termasuk yang tersindir dengan kata “bodoh” yang beliau ucapkan. Hehehe,..

Sampai sekarang, saya masih pegang kata-kata itu sebagai motovasi hidup saya. Meski saya sudah bukan anak STM lagi. Kenapa? Karena menurut saya, kata-kata itu selalu pas digunakan dalam menjalani kehidupan. Bila dirubah sedikit saja beberapa katanya. Misal : “Tak ada manusia yang diciptakan untuk gagal. Semua bisa berhasil. Yang membedakan (antara gagal dan berhasil) hanyalah tekun berusaha dan malas berusaha”

Memang benar, kesuksesan seseorang bukanlah ditentukan bakat semata. Melainkan usaha tak kenal lelah dari manusia itu sendiri untuk meraih prestasi. Meski punya bakat bagus, tanpa dilatih serius, ya percuma saja. Prestasi akan sulit dicapai (bila tak mau dikatakan mustahil). Sebaliknya, yang tanpa bakat pun, bila mau berusaha keras, sebuah prestasi gemilang hanyalah tinggal menunggu waktu.

“Memangnya ada orang seperti itu?”. Itu kah pertanyaan anda? Saya jawab : ”Tentu saja ada”. Baik saya kasih contoh.

Adalah Samsul Anwar Harahap, seorang atlet tinju Indonesia yang mengharumkan nama bangsa dekade 70an. Mungkin di kalangan remaja sekarang, hanya sedikit yang tahu, prestasinya begitu cemerlang di bidang tinju. Namun barangkali akan lebih sedikit lagi yang tahu, bahwa di balik prestasi yang gemilang itu, ia memiliki keterbatasan fisik. Yakni lumpuh tangan kanan. Karena kedengaran memang tak masuk akal.

Ijinkan saya cerita sedikit mengenai mantan petinju legendaris ini.

Samsul Anwar lahir dalam keadaan fisik yang normal di Pematang Siantar, tahun 1952. Ketika usianya menginjak 2 tahun, ia jatuh sakit akut selama sekitar setengah tahun. Ketika sembuh, ayah-ibunya baru sadar bahwa anaknya menderita lumpuh, saat melihat Samsul kecil tangan kanannya tak bergerak ketika ia berlari.

Beberapa usaha mengembalikan tangannya ke kondisi normal telah dilakukan. Termasuk “menyetrumnya”. Namun terapi dihentikan karena tak nampak hasil yang signifikan. Waktu berlalu, hingga Samsul tumbuh sebagai anak yang apatis menghadapi masa depan, karena mendapat olok-olok dari teman akibat tangan kanannya yang lumpuh.

Namun suatu hari, Nauli Siregar (ibunya) membesarkan hatinya melalui kisah seorang cacat yang sukses menjadi atlet. Wilma Rudolf nama atlet itu. Seorang pelari Amerika Serikat yang merebut medali emas lari 100 meter putri pada Olimpiade Roma (1960). Wilma kala itu begitu dielu-elukan warga Amerika. Karena ia bukan hanya berhasil menjadi pelari tercepat dunia saat itu, tapi Wilma sempat menderita lumpuh kaki kanan akibat polio, semasa kecilnya.

Cerita itulah yang terus terngiang di kemudian hari dalam perjalanan hidup Samsul. Ia selalu bertekad, Wilma yang perempuan saja bisa, ia yang laki-laki juga pasti bisa. Karena tekad dan disertai latihan rutin secara spartan, Olahragawan Terbaik Nasional 1976 versi Wartawan Olahraga ini mulai membuktikan tajinya di bidang tinju.

Prestasi perdananya adalah juara pertama dalam turnamen yang diselenggarakan Pertina (Persatuan Tinju Amatir Indonesia) tahun 1969. Ketika ia masih berseragam abu-abu putih, alias SMA. Lalu berlanjut ke tingkat nasional dengan meraih medali perunggu pada Kejuaraan Tinju Nasional (1971). Dan prestasi internasionalnya yang pertama adalah mendapat medali emas dalam kejuaraan Pesta Sukan di Singapura. Hingga menjadi juara Asia setelah merebut emas dalam SEA Games 1977 di Kuala Lumpur.

Akan terlalu panjang jika saya harus menulis beberapa prestasi yang berhasil ia dapatkan selama karirnya di dunia tinju. Namun satu yang menjadi kesimpulan, bahwa juara sejati bukan berasal dari bakat. Melainkan usaha tak kenal batas menyerah. Siapa pun orangnya, meski ia merasa tak punya bakat, bila serius dalam berusaha, prestasi pun bisa diraih. Samsul Anwar Harahap telah membuktikannya.

Anda tak perlu menjadi petinju setelah membaca tulisan ini (hehe..). Tapi, apa pun bidang yang ingin anda pilih, asal ditekuni, anda pun bisa meraih prestasi!

Semoga terinspirasi.
:>

Sumber : Bukuku Kakiku. Prakata : Jakob Utama, Pengantar : Fuad Hasan.