Mari Bertindak Tak Masuk Akal! (Bagian. 1)

“Teman-teman, ada seorang yang bisa makan sepeda sampai habis. Itu dilakukannya karena ia begitu semangat, agar namanya bisa tercatat di buku rekor dunia,” begitu kata Mas Gigih, dosen saya, dengan penuh semangat. Suatu hari ketika memulai sesi kuliah kami. “Ah, yang benar saja..Tak masuk akal!” batinku, tapi toh tetap takjub juga dengan cerita dosen saya itu. Seolah mengerti keraguanku, Mas Gigih pun segera menambahkan, “Kalau tak percaya, silakan cari di internet”.

Beberapa hari kemudian, saya buktikan ucapan “tak masuk akal” dosen saya itu. Ternyata benar! Orang yang makan sepeda itu benar-benar ada! Namanya Michel Lotito. Ia berasal dari Prancis. Ia juga dikenal sebagai Monsieur Mangetout (Tuan makan segalanya). Karena tidak hanya sepeda, tapi ia juga sanggup makan televisi, bahkan pesawat Cessna 150. Gila! Sungguh ketidakmasukakalan yang nyata terjadi.

Kawan, banyak peristiwa tak masuk akal yang terjadi di dunia ini. Sayangnya, sejak kecil saya (mungkin juga anda) selalu dibiasakan dengan segala hal yang harus bersifat logis, masuk akal. Seperti, “Orang ganteng, jodohnya cantik”, “Anak yang selalu juara 1 di klas, pasti hidupnya kelak akan sukses. Bergelimang kebahagiaan. Sementara yang biasa-biasa saja, atau bahkan bodoh dalam pelajaran, kelak hidupnya akan dibelit kesusahan”, dan seterusnya. Pemahaman-pemahaman seperti itulah yang akhirnya tertanam di alam bawah sadar hingga membuat kita selalu bertindak penuh keraguan. Cari aman saja dengan melakukan tidakan yang umumnya dilakukan banyak orang. Karena kalau bertindak di luar kebiasaan orang pada umumnya, akan dianggap tidak wajar. Tak peduli walau yang kita lakukan merupakan suatu kebenaran (truth). Apesnya, istilah wajar yang diamini banyak orang belum tentu merupakan sebuah kebenaran (truth), meski itu benar (true). Tapi yang pasti semua orang setuju, karena memang seperti itulah yang umumnya terjadi. Singkatnya, yang berlaku umum di masyarakat itulah yang sering dianggap benar selama ini. Bingung? Nikmati saja. Itu artinya otak anda masih berfungsi normal. Hehe,.

Contoh kongkritnya seperti ini. Saya ingat sekali tentang realitas kewajaran yang begitu kuat tertanam dalam benak masa kecil saya dulu. Akibatnya, begitu menginjak SD saya tak berani lagi bercita-cita. Seolah cita-cita saya nyangkut di bangku Taman Kanak-kanak. Kenapa bisa begitu? Karena sejak saya bisa berhitung, saya pun mulai dibiasakan berspekulasi tentang betapa cita-cita juga butuh biaya. Bukan asal nyeplos sekenanya tentang profesi keren yang selalu nampak basah digenangi duit melimpah. Kalo sudah nyrempet-nyrempet masalah biaya, secara otomatis program dalam tubuh saya bunyi : “Saya tak mungkin bisa kuliah. Biayanya mahal. Uang dari mana?”. Begitulah bunyi sebuah program otomatis akibat efek terlalu berfungsinya logika. Saya anak seorang petani, maka sudah sewajarnya kalau kelak saya pun harus jadi petani. Begitulah logikanya.

Saya sering iri melihat teman saya yang ibu-bapaknya seorang PNS. Ia selalu punya rencana jangka panjang dan terstruktur mengenai pendidikannya. Bisa milih semaunya kepingin sekolah di mana. Hebatnya, rencana-rencana itu telah ia persiapkan sejak SD : Ia akan sekolah di SMP berapa, SMU mana, kuliah di mana-jurusan apa, semua sudah jelas. Ibarat seorang pengembara yang sudah punya data lengkap tentang tempat yang dituju, berikut peta daerah tujuan. Otaknya seperti telah sengaja diset-up sejak dini tentang masa depan. Karena sekali lagi, bapak-ibunya seorang PNS. Perihal biaya kuliah tak begitu jadi beban baginya.

Sementara saya, cuma punya gambaran (bukan sencana) paling banter sekolah sampai setingkat SLTA. Kenapa? Lagi-lagi masalah biaya. Dan lagi, sesuai dengan yang sering ditanamkan di alam bawah sadar saya, “Apapun sekolah saya nanti, ujung-ujungnya pasti jadi petani”. Maka lebih baik sesegera mungkin saya lempar jauh-jauh keinginan saya untuk kuliah. Sebuah keinginan yang terlalu lux, tak masuk akal. Itu yang bikin saya “iri” dari teman saya yang anak pegawai negri.

Tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. Jalan hidup saya, sampai saat ini, kalau dipikir-pikir sangat tak masuk akal. Tapi toh terjadi juga. Saya, yang cuma anak petani ini, yang awalnya tak punya gambaran untuk kuliah, justru dapat kesempatan kuliah 2 (dua) kali. Dua-duanya gratis SPP. Malah yang satu, sudah gratis, saya masih dijatah uang setiap bulan dari kampus. Sebuah kesempatan emas dan langka, jauh lebih mudah menemui tanggal 29 februari. Oh, betapa beruntungnya aku ini. It’s amazing for me! Lho, kok jadi curhat? Lalu apa hubungannya dengan judul tulisan saya? Haha,.

Itulah kawan. Di dunia ini banyak hal terjadi tak sejalan dengan logika. Anda tentu pernah melihat, orang yang sulit dikatakan rupawan tapi punya pasangan yang rupawati. Dua lagi! Sungguh tak tau diri. Hehe,. (yang merasa jangan tersinggung ya..).

Ada pula orang yang cacat fatal (nyaris tanpa tangan&kaki) tapi kehidupannya diliputi semangat & kebahagiaan. Hidupnya banyak menginspirasi orang normal. Dan tak sedikit yang bilang, ia adalah contoh orang sukses yang sebenarnya. Sebaliknya, banyak orang yang normal fisiknya, tapi “tak bisa apa-apa”. Nyala semangatnya telah padam, bahkan ketika jasadnya masih hidup. Jangankan mengurusi orang lain, mengurus dirinya sendiri saja tak becus. Bukankah ini tak masuk akal?!

Maka itulah kawan. Begitu anda selesai membaca tulisan saya ini, jangan takut untuk berpendirian dan bertindak yang tak masuk akal. Jika anda yakin itu sebuah kebenaran&tidak merugikan orang lain, lakukan saja. Ketika ada orang dengan cara berpikir “pada umumnya” mengkritik anda, jangan ditanggapi serius. Jangan pula semangat anda jadi kendur hanya karena caci maki penonton. Teruskan saja lah.

Buktikan, bahwa anda telah berada di jalan yang tepat. Walau itu kelihatan tak masuk akal bagi kebanyakan orang. Yakinlah, setiap apa yang anda impikan bisa diwujudkan. Karena tak ada yang tak mungkin bagi Tuhan. Dan tak satu pun makhluk bisa menghalangi kehendakNya.

“…apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata padanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia.” (Al-Quran).


Nah, bagaimana menurut anda? Adakah kejadian tak masuk akal dalam hidup anda? Mari saling berbagi inspirasi di sini. Saya tunggu cerita anda.

6 komentar:

Kebenaran seringkali adalah Kesepakatan,
Sayang tak semua yang disepakati itu Benar adnya,
Jadi sampai ada istilah Salah Kaprah,
Yaitu sesuatu yang salah tapi dikaprahkan (dianggap benar),
Mana ada?
Banyak! Contoh Nyata adalah Mitos!

 

Kebenaran seringkali adalah Kesepakatan,
Sayang tak semua yang disepakati itu Benar adnya,
Jadi sampai ada istilah Salah Kaprah,
Yaitu sesuatu yang salah tapi dikaprahkan (dianggap benar),
Mana ada?
Banyak! Contoh Nyata adalah Mitos!

 

Katanya caei turotial Linkj/backling ya?
Silahkan kunjungi blog saya

Terima kasih :)

 

benar..memang agak sulit menghilangkan sebuah paradikma seperti apa yang udah ditullis..
Aku sendiri mengalami hal itu...

thx,ilmunya..

 

Sulit bukan berarti tidak mungkin Seyba. Jangan pernah berhenti untuk selalu memperbaiki. Mari saling menginspirasi!
:-)

 

Posting Komentar