Ahmadinejad, The Real Leader

Sedikit ragu sebenarnya saya mau menulis ini. Karena saya mau tak mau akan bicara tentang politik. Padahal blog saya ini tak ada hubungannya dengan dunia perpolotikan.

Tapi saya pikir, ah kenapa tidak. Tokoh yang akan saya tulis adalah seorang yang Luar Biasa (setidaknya menurut saya). Saya pribadi sangat mengaguminya. Tidak menutup kemungkinan, ia akan menjadi inspirasi siapa pun yang mau mengenalnya, setelah membaca postingan saya nanti.

Oke langsung saja. Siapa yang tak kenal Mahmoud Ahmadinejad, presiden terpilih pada pemilu ke-enam Iran (2005), dan terpilih lagi di pemilu berikutnya (2009). Semenjak menduduki jabatannya yang pertama, ia seolah selalu menjadi news maker di dunia internasional. Berbagai “ulah” yang membuatnya jadi kontroversi antar lain : Ia berkeras bahwa Iran berhak mengembangkan teknologi nuklir, seperti halnya Eropa menernakkan reaktor. Dengan berani, dia menyebut Amerika sebagai “preman”. Dan tanpa tedeng aling-aling, ia meminta orang sedunia bersatu padu menggulingkan rezim Zionis di Tel Afiv, Israel.

Kalau cuma itu, tentu saya tak mau repot-repot membahasnya. Tapi saya akan menunjukkan kepada Anda beberapa keunikan yang membuat Ahmadinejad dipandang sebagai sosok Presiden yang unik, bahkan tidak lumrah untuk ukuran “orang besar”, sebelum dan ketika ia memimpin Iran. Keunikan itu adalah :

  1. Ahmadinejad bukan politikus kubu kiri maupun kanan. Bahkan ia samasekali bukan politisi. Tanpa rencana matang membangun basis politik perjuangan kepartaiannya, yang seringkali sarat intrik, persaingan, dan money politic.

  2. Ahmadinejad bukan ulama, tapi berhasil menjadi pemimpin di negeri mullah setelah mengalahkan kandidat mullah.
  3. Sejak Revolusi Islam 1979, kegiatan politik di Iran didominasi kaum bersorban. Dari lima kali pemilu, rakyat Iran seolah selalu menomorwahid-kan kandidat pemimpin dari kalangan ruhaniawan atau mereka yang punya afiliasi ke kalangan ruhaniawan di lingkungan dekat Imam Khomeini (tokoh pencetus Revolusi Islam Iran).

  4. Ahmadinejad bukan pengusaha yang umumnya secara “ajaib” bisa jadi pemimpin.
  5. Ia hanya seorang doktor ilmu transportasi.

  6. Ahmadinejad bukan perwira militer yang bisa membangun jaringan kuat dalam institusi militer yang memungkinkannya masuk dalam kancah politik, apa pun resiko dan bagaimana pun caranya.


  7. Ahmadinejad bukan bangsawan / anak pahlawan yang disegani sehingga dengan mudah meraih simpati, meski tak berpendidikan secara maksimal.
  8. Ia lahir dari bapak seorang pandai besi.

  9. Ahmadinejad tidak bertubuh besar, berpenampilan necis, apalagi rupawan. Beberapa poin yang terkadang menjadi faktor non teknis masa kampanye di Indonesia.
  10. Di sebuah kesempatan temu-muka dengan kalangan mahasiswa Teheran, bahkan ia mengakui sendiri bahwa, “(Saya memang tak punya tampang seorang Presiden). Tapi saya punya tampang seorang pelayan. Dan saya hanya ingin jadi pelayan rakyat”.

  11. Ia tak pandai berdiplomasi (baca : menyusun kata-kata yang ambigu, bersayap, dan bertele-tele). Bahkan ia terkadang geli melihat prosedur protokoler kepresidenan yang umumnya glamour, formal, dan angker.
  12. Kekhasan gaya bicaranya yang to the point juga nampak, sesaat setelah pelantikannya menjadi presiden Iran. Dalam sebuah pertemuan diplomatik (September 2005) yang berlangsung di Markas Besar PBB, ia “dikeroyok” beberapa utusan Eropa. Tak tanggung-tanggung, mereka yang sedang bersatu “menasehati” Ahmadinejad antara lain : Menlu Inggris (Jack Straw), Prancis (Philippe Douste Bazy), dan Jerman (Joschka Fischer). Namun secara mengejutkan, ahmadinejad menegaskan, “Jangan berani-berani mengancam kami dengan dengan segala rupa sanksi atau kalian akan menyesalinya,” setelah para perwakilan Eropa itu membeberkan kemungkinan dijatuhkannya sanksi PBB atas Iran akibat program pengayaan uraniumnya. Logikanya sangat sederhana, tapi mengena, “Bila nuklir itu berbahaya, mengapa ada pihak yang dibiarkan menggunakannya? (Tapi) Bila nuklir itu berguna, mengapa ada pihak yang tidak diperbolehkan menggunakannya?”

  13. Ahmadinejad masih relatif muda, pekerja keras, punya loyalitas tinggi kepada negara, bangsa, juga ideologinya. Sehingga ia tak pernah panik menghadapi ancaman asing, apalagi sibuk mengklarifikasi tuduhan “fundamentalis” dan semacamnya.
  14. Loyalitasnya kepada masyarakat ia buktikan, ketika menjabat walikota Teheran, sebelum terpilih menjadi presiden, ia merelakan rumah dinasnya digunakan sebagai museum publik. Sementara ia pilih tinggal di rumah pribadinya yang sederhana.
    Ia juga memperpanjang sendiri jam kerjanya dari pagi hingga menjelang maghrib dan melanjutkan kerja di rumahnya hingga pukul 12 malam. Agar siapa pun warga bisa mengadu langsung padanya, dengan masalah apa pun.
    Ia juga bangga bisa menyapu sendiri jalan-jalan kota, dan tanpa segan turun dari mobilnya demi membersihkan selokan yang mampet. Dengan tangannya sendiri.

  15. Walau orang sudah menjadi orang “penting”, ia tetap hidup secara sederhana.
  16. Ketika menjabat walikota, ia tinggal di gang buntu. Bersepatu butut dan itu-itu terus, bolong di sana-sini, mirip yang dipakai tukang sapu jalan di belantara Jakarta. Mobilnya Peugeot keluaran tahun 70an.

  17. Dan yang paling penting, ia bebas KKN.

Itulah sosok Ahmadinejad yang unik (sebagian orang mungkin mengatakannya aneh). Tapi bagi saya, ia merupakan pribadi yang sangat inspiratif. Kepribadian seorang pemimpin bangsa yang semakin hari semakin langka keberadaannya. Namun semakin dicari dan dibutuhkan.

Lalu saya berandai-andai, jika saja Indonesia yang kaya sumber daya ini punya pemimpin seperti dia, pasti Indonesia bisa cepat keluar dari krisis dan maju dengan lebih cepat. Tapi pertanyaannya, mungkin nggak ya? Menurut Anda?

Disarikan dari buku AHMADINEJAD! David di Tengah Angkara Goliath Dunia. Karya Muhsin Labib, Ibrahim Muharam, Musa Kazhim, Alfian Hamzah.

4 komentar:

Sepakat.. Josh markenyosh..

Sak ngertiku, itulah perbedaan negara Iran diantara negara-negara di Timur Tengah. Siapapun pemimpin dinegara Iran, dia harus sanggup menjadikan rakyatnya yang paling miskin menjadi setara dengannya, dia harus merasakan kehidupan seperti kehidupannya warga paling miskin dinegaranya.

Dan lagi, hanya negara Iran yang 'tidak munafik' diantara negara-negara di Timur Tengah.

Muaaaaach.. :))

 

setuju bos.. sudah sepatutnya kita belajar dari Presiden Iran.. Menjadi sosok yang gagah berani melawan arus. Hanya ikan hidup yang melawan arus sungai.. kalo ngikut brarti ikan mati.. pemimpin-pemimpin kita termasuk yang mana ya.. hehe

 

oyi. semoga calon pemimpin blitar yang mau maju pilkada baca blog ini. dan terinspirasi. hehe,..

 

Posting Komentar