Mengarang Itu Gampang


Begitulah judulnya. Sangat singkat, sederhana, jelas, dan provokatif. Penulisnya Arswendo Atmowiloto. Dedengkot penulis Indonesia berambut gondrong yang khas dengan gaya ceplas-ceplosnya itu.

Sejak membaca kata pengantar, saya (mungkin juga anda) sudah tergoda untuk segera mulai menulis. Mengarang maksudnya.

Begitu masuk ke isi, kita akan disuguhi secara gamblang tentang bagaimana menggarap ilham menjadi ide, membentuk plot, menciptakan tokoh, menyetting tempat, menyisipkan tema, hingga lahirnya karangan. Sebuah tulisan fiksi.

Tak sampai di situ, Arswendo juga mengulas hal yang mungkin dianggap remeh bagi sebagian orang, padahal penting dan berpengaruh jika ingin karangan kita diterima media, yaitu cara menulis yang baik (patuh ejaan dan rapi). Ia juga membolehkan, bahkan menganjurkan, agar seorang pengarang berani mencipta bahasa baru yang belum tercatat di kamus sekalipun. Artinya, ia tidak hanya ngomong seputar membikin karangan doang. Tapi juga cara kerja seorang seniman, mengexplore kreatifitas namun tetap berada di jalur yang benar.

Tak lupa, teknis pengiriman karangan ke media atau penerbit, ia terangkan secara rinci : ukuran kertasnya, margin berapa, aturan bikin paragraf yang harus menjorok ke dalam, bagaimana menulis alamat, mengunakan prangko. Pokoknya komplet deh. Untuk sebagian orang, mungkin ini dianggap cerewet. Tapi menurut saya, justru ia ingin menunjukkan hal-hal “sepele” yang sebenarnya berpengaruh terhadap diterima-tidaknya sebuah karangan di meja redaksi. Ia berkata berdasar pengalaman, bukan hanya teori yang belum dipraktekkan.

Tentang peluang kerja yang bisa dimasuki seorang pengarang, sistem pembayaran honor seorang pengarang, sampai kenapa banyak seniman berdandan nyentrik pun disenggolnya pula. Walau porsinya cuma sedikit.

Singkatnya, ia tak hanya mengulas tuntas perihal karang-mengarang, tapi juga bagaimana kehidupan seorang pengarang dan bagaimana ia dihidupi hasil karangannya. Lebih tepatnya, ia bicara tentang dunia kepengarangan secara hampir menyeluruh.

Buku ini cukup inspiratif dan praktis. Saya teringat buku sejenis yang juga membahas teknik menulis karangan (fiksi), Berguru Kepada Sastrawan Dunia karya Josip Novakovich. Dibanding buku Josip yang terjemahan (bahasa aslinya Inggis), Mengarang Itu Gampang lebih bisa dinikmati karena memang panulisanya asli orang kita. Sehingga bahasanya bernuansa Indonesia asli. Bahasa keseharian yang telah akrab di telinga kita.

Format penulisan buku yang dirancang dalam bentuk tanya-jawab, akan memuaskan rasa ingin tahu pembacanya, dan biasanya akan merangsang untuk melontarkan pertanyaan lanjutan. Di sela-sela penjelasan teknis, Arswendo selalu menyertakan contoh. Dengan maksud agar mudah dipahami pembaca, apa yang sedang ia omongkan.

Arswendo piawai meramu materi teknis dan mengemasnya dengan bahasa yang cair dan komunikatif. Membuat pembaca tak perlu sampai mengerutkan kening untuk memahaminya. Beberapa tulisan diselingi humor dengan gaya khasnya yang sedikit “nakal”, membuat pembacanya tetap fresh dari sejak halaman pertama hingga akhir kalimat. Arswendo banget lah!

Maka sudah sepantasnya jika buku setebal 118 halaman ini laris di pasaran. Terbukti sejak cetak perdana tahun 1982, Gramedia telah mencetak ulang beberapa kali (buku yang saya baca adalah cetakan ke delapan, tahun 2003). Tidak menutup kemungkinan hingga sekarang dan beberapa waktu ke depan akan mengalami cetak ulang lagi.

Bagi anda yang tertarik untuk mempelajari teknis penulisan fiksi, atau bercita-cita menjadi penulis fiksi, saya sarankan untuk membaca buku ini. Walau Arswendo mengakui sendiri bahwa : “Buku semacam ini tidak berpretensi untuk melahirkan pengarang-pengarang...”. Tapi ia ingin menunjukkan, “…Bahwa mengarang juga pekerjaan yang mulia. Jauh lebih mulia dari menganggur dan sekedar berangan-angan tanpa menuliskan.”

Selamat mengarang.

6 komentar:

Suka bngt ama pesan di akhir artikel ini,
Dan menuliskan di blog juga lebih mulia dari sekedar menganggur dan berangan² ;)

 

Suka bngt ama pesan di akhir artikel ini,
Dan menuliskan di blog juga lebih mulia dari sekedar menganggur dan berangan² ;)

 

perlu dibaca nich buku.
menambah semangat untuk menulis dan menulis.
memang benar...lebih baik beraktivitas dari pada menganggur.
ciiiip banget....

 

jangan cuma suka. ayo mengarang sekarang!
:D

 

Buku yang bagus. Saya sudah pernah membacanya dan inspiratif...
Salam kenal buat mas Shofa...

 

to muhammad Abduh : Ya. Semoga setelah membacanya, kita pun tergerak untuk menuliskan karangan demi menginspirasi orang lain.

 

Posting Komentar